Falsafah Minangkabau (Bagian I) - KMM MESIR | Official Website
Headlines News :
Home » , » Falsafah Minangkabau (Bagian I)

Falsafah Minangkabau (Bagian I)

Written By Salman Arif on Kamis, 02 April 2015 | 21.41

Oleh: Wahyudi Rahman
Rasanya tidak berlebihan jika ada yang berkata bahwa adat kita, adat Minangkabau merupakan perpaduan sukses antara falasafah adat dan agama Islam. Tentu itu semua tidak lepas dari usaha para pendahulu kita yang berusaha sedemikian rupa mengimplementasikan nilai agama dalam praktik adat yang ada di tengah masyarakat. Hingga kita dapati misalnya asas yang sangat dijaga, “adaik basandi syara’, syara’ basandi kitabullah”.

Ketika kita telusuri lebih jauh, adat Minang sangat memperhatikan aspek akhlak serta ilmu pengetahuan bagi masyarakat dan ini sangat selaras dengan ajaran-ajaran agama. Adanya aturan dalam bertutur kata yang kita kenal dengan “kato nan ampek, mandaki manurun, mandata jo malereang”  sangat sinkron sekali dengan perintah agama yang menyerukan manusia untuk berkata yang baik lagi sopan sebagaimana kita temukan dalam surat Al-Baqarah ayat 83 “… dan berkatalah kepada manusia dengan baik…” Juga kita dapati dalam hadits Rasulullah SAW, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam”. Tentu yang dimaksud Rasul dengan perkataan yang baik mencakup dari segi isi serta penyampaian.

Dalam masalah keilmuan, kita dapati istilah “Alam takambang jadi guru”. Disini kita bisa memahami bagaimana adat Minang mendorong masyarakatnya untuk berfikir mentadaburi alam  dan mengambil hikmah dari apa yang terjadi. Bukankah ini sejalan dengan seruan agama yang selalu menyuruh pemeluknya untuk selalu berfikir dan merenungi apa yang ada di alam semesta bahkan dalam diri sendiri.

Teori falsafah Minang ini bukanlah teori khayalan belaka, namun teori ilmiah yang akan membantah pendapat kebanyakan filosof Eropa bahwa orang Timur tidak mampu untuk berfikir (berfilsafat). Sebagaimana yang diungkapkan comte de gobineau bahwa bangsa Timur menurutnya bukan ras unggulan, tidak memiliki kemampuan ilmiah serta berfilasafat dan juga banyak kekurangan ketimbang bangsa Eropa. Dengan adanya falsafah ini tentu menjadi dalil penguat untuk membantah konsep yang ditawarkan oleh tokoh Perancis ini.

Disisi lain ada poin penting yang harus kita sadari, apakah keberadaan falsafah Minang ini masih ada dan dijalankan oleh masyarakatnya atau hanya tinggal teori. Setidaknya jangan sampai falsafah Minang yang bagus ini akan hilang ditelan zaman hanya karna masyarakatnya sudah tidak peduli lagi sebagaimana nasib sebagian besar filsafat Yunani kuno yang hanya bisa kita dapati di atas lembaran kertas.

Bersambung ke bagian II
Share this article :
 
Copyright © 2013. KMM MESIR | Official Website - All Rights Reserved
Adress: Block 502 Complex Emarat 1st Settlement New Cairo Egypt Telp: (+202)22478245
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Modified by @salmanpiar