Profil Syaikh Al-Azhar ke 11-15 - KMM MESIR | Official Website
Headlines News :
Home » » Profil Syaikh Al-Azhar ke 11-15

Profil Syaikh Al-Azhar ke 11-15

Written By Salman Arif on Rabu, 11 September 2013 | 12.32

11. Syaikh Ahmad Musa al-‘Arusi (1133-1208 H)

Beliau adalah al-Imam Syaikh Syihabuddin Abu Shalah Ahmad bin Musa bin Dawud al-Arus al-Syafi’i al-Azhari. Lahir pada tahun 1133 H/1721 M di desa Minya Arus, Markaz Asymun, Propinsi Manufiyah. Minya Arus adalah desa yang sangat kecil namun melahirkan banyak ulama. Di sanalah beliau menghafalkan al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama guna melanjutkan studi di al-Azhar.

Syaikh Ahmad Musa al-‘Arusi belajar Matematika, al-Jabar dan ilmu wawancara kepada ayahanda beliau. Kemudian beliau melanggengkan belajar kepada Syaikh al-Bakri tentang berbagai macam ilmu. Beliau juga tekun belajar kepada Syaikh Ahmad al-Sha’idi dan Syaikh al-Azhar kesepuluh, Syaikh Ahmad al-Damanhuri.

Beliau belajar kitab Shahih Bukhari kepada Syaikh Ahmad al-Malawi, belajar tafsir al-Baydhawi dan tafsir Jalalain kepada Syaikh al-Azhar ketujuh, Syaikh Abdullah bin Muhammad al-Syabrawi.

Dalam hal keilmuan, beliau Syaikh Ahmad Musa al-‘Arusi berpesan kepada murid-muridnya untuk tidak serampangan dalam belajar, tapi mendalaminya secaranya sungguh-sungguh.

Syaikh Ahmad Musa al-‘Arusi adalah salah satu Syaikh al-Azhar yang menganut madzhab Syafi’i. Beliau diangkat menjadi Syaikh al-Azhar pada tahun 1192 H/1778 M menggantikan Syaikh Ahmad al-Damanhuri. Pada masa kepemimpinan beliau terjadi banyak fitnah besar yang menimpa bangsa Mesir, seperti penyerangan pasukan Ahmad Agha terhadap penduduk Husain. Di sanalah peran beliau sangat penting dalam menghadapi pertikaian yang terjadi.

Karya-karya beliau, di antaranya:
-Syarh Nadzm al-Tanwir fi isqat al-tadbir li Syaikh al-Malawi (tasawuf)
-Hasyiah al-Malawi ala al-Samarqandiyah (balaghah)

Hidup Syaikh Ahmad Musa al-‘Arusi telah diabdikan untuk umat Islam dan bangsa Mesir, hingga akhirnya beliau wafat pada 21 Sya’ban 1208 H.

12. Syaikh Abdullah al-Syarqawi (1150 H -1227 H)


Beliau adalah al-Imam al-Syaikh Abdullah bin Hijazi bin Ibrahim al-Syafi’i al-Azhari al-Syarqawi. Lahir di desa al-Thawilah Propinsi Syarqiyah pada tahun 1150 H/1737 M. Setelah menghafalkan al-Qur’an di desa beliau berangkat ke Kairo untuk menimba ilmu di al-Azhar.

Di al-Azhar beliau menimba ilmu kepada para ulama terkemuka sehingga beliau menjadi mufti madzhab Syafi’i. Kemudian beliau menapak jalan sufi dengan berguru kepada Syaikh al-Kurdi. Beliau hidup bersahaja dan sederhana meskipun telah dikelilingi harta dunia.

Tahun 1218 H/1793 beliau diangkat menjadi Syaikh al-Azhar menggantikan Syaikh Ahmad Musa al-‘Arusi. Pada Masa kepemimpinan beliau Mesir dijajah oleh Perancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte. Syaikh Abdullah al-Syarqawi adalah salah satu dari sepuluh ulama Dewan Syuro Mesir yang berusaha didekati Napoleon. Beliau menasehati hakim Mesir saat itu untuk bersikap adil kepada rakyat dan tidak membebani mereka dengan pajak yang tinggi. Atas saran beliau juga, hakim Mesir mengirimkan surat kepada Napoleon untuk memberi penghormatan secara militer kepada para ulama dan memuliakannya.

Napoleon Bonaparte takjub dengan kepribadian para ulama al-Azhar yang dikepalai oleh Syaikh Abdullah al-Syarqawy. Dia juga kagum terhadap Islam dan ajaran-ajaran Nabi Muhammad Saw, terutama setelah dia pulang dari Syam. Napoleon mengatakan bahwa dirinya mencintai Islam, mengagungkan Nabi Muhammad Saw, menghormati al-Qur’an dan membaca setiap hari. Di Mesir dia bermaksud membangun masjid terbesar di dunia dan ingin pula dia memeluk agama Islam.

Napoleon mengatakan bahwa jika dirinya masuk Islam maka dia akan mampu untuk mengislamkan seluruh tentaranya. Dalam sebuah pertemuan dengan para ulama al-Azhar Napoleon meminta Syaikh al-Syarqowi berfatwa kepada rakyat Mesir untuk taat dan patuh kepada dirinya. Kemudian Syaikh al-Syarqawi menegaskan kepada Napoleon bahwa jika dia masuk Islam maka seratus ribu tentara Arab akan berada di bawah benderanya dan membantunya menaklukkan dunia Timur. Namun Allah berkehendak lain, Napoleon tidak masuk Islam.

Kedudukan Syaikh al-Syarqawi sangat diperhitungkan oleh penjajah Perancis. Seringkali beliau membela rakyat dan pemimpin Mesir dari tindasan penjajah, walaupun pada akhirnya Perancis tahu kalau beliau bersekongkol dengan tokoh-tokoh Mesir yang lain untuk memberontak kepada Perancis. Beliau dijebloskan ke dalam penjara al-Qal’ah, namun tidak lama kemudian dibebaskan karena pihak Perancis membutuhkan beliau.

Setelah Perancis meninggalkan Mesir, rakyat Mesir ditindas oleh orang-orang Turki Utsmani, orang-orang Kurdi dan orang-orang Dinasti Mamalik. Rakyat berbondong-bondong meminta perlindungan kepada Syaikh al-Syarqawi. Akhirnya beliau bersama para ulama dan ribuan rakyat Mesir menurunkan pemimpin Mesir Hurshid Pasha dan mengangkat Muhammad Ali sebagai pemimpin yang baru. Saat itulah rakyat Mesir pertama kali memilih pemimpinnya sendiri. Namun sayang Muhammad Ali ternyata bukan pemimpin yang baik, dia congkak dan tidak amanah.

Meskipun keadaan Mesir saat itu berkecamuk, namun Syaikh Abdullah al-Syarqawi tetap aktif menulis. Karya-karya beliau, diantaranya:
-Al-tuhfah al-bahiyyah fi thabaqat al-syafi’iyah
-Al-aqaid al-masyriqiyyah (tauhid)
-Al-Jawahir al-saniyah fi syarhi al-aqaid al-masyriqiyyah
-Hasyiyah al-Syarqawi
-Hasyiyah ala syarh al-Hudhudi
-Syarh hikam ibn Athoillah al-Sakandari

Salah satu jasa beliau adalah membangun ruwaq Syarqawiyah di masjid al-Azhar. Hidup beliau diabdikan untuk al-Azhar dan rakyat Mesir, hingga akhirnya beliau wafat pada hari Kamis 2 Syawwal 1227 H.

13. Syaikh Muhammad al-Syinwani

Beliau adalah al-Imam Syaikh Muhammad bin Ali bin Mansur al-Syinwani al-Syafi’i al-Azhari. Lahir di desa Syinwan Barat, Propinsi Manufiyah. Seperti umumnya anak-anak desa pada waktu itu, beliau menghafalkan al-Qur’an sejak sejak kecil untuk kemudian melanjutkan pendidikan di al-Azhar.

Syaikh Muhammad al-Syinwani menimba ilmu kepada ulama al-Azhar terkemuka, seperti Syaikh al-Sha’idi dan Syaikh al-Dardiri. Beliau terkenal sebagai ahli bahasa Arab, ilmu kalam dan ilmu teknik.

Kepribadian beliau sangat sederhana dan bersahaja. Sebelum diangkat menjadi Syaikh al-Azhar beliau mengajar di sebuah masjid kecil di dekat rumah beliau. Konon beliau sangat menjaga kebersihan, sehingga setelah mengajar beliau langsung ganti pakaian dan langsung menyapu masjid.

Setelah Syaikh Abdullah al-Syarqawi wafat, penguasa Mesir saat itu menyuruh Qadhi Mesir untuk mengumpulkan para ulama guna mengangkat Syaikh al-Azhar yang baru. Para ulama sepakat untuk memilih Syaikh Muhammad al-Syinwani meskipun beliau menolaknya. Namun pada akhirnya beliau diangkat menjadi Syaikh al-Azhar pada bulan Syawwal tahun 1227 H/ 1812 M.

Karya-karya beliau, di antaranya:
- Hasyiyah ala Syarh Jauhar al-tauhid
- Al-Jiwar al-Saniyah bi mauled khoiril bariyah
- Hasyiyah al-Syinwani ala muhkhtashor al-Bukhori li ibn Hamza
- Hasyiyah ala Samarqandiyah (balaghoh)

Hidup beliau diabdikan untuk al-Azhar sehingga pada hari Rabu 14 Muharram 1333 H/1818 M beliau dipanggil oleh Allah yang Maha Kuasa.

14. Syaikh Muhammad Syamsuddin al-‘Arusi

Beliau adalah Syaikh al-Imam Muhammad bin al-Imam Ahmad bin Musa bin Dawud al-‘Arusi. Beliau lahir di Kairo dan merupakan putra Syaikh al-Azhar kesebelas, yaitu Syaikh Ahmad Musa al-‘Arusi. Sejak kecil beliau belajar dan menghafalkan Alquran serta dasar-dasar ilmu agama kepada ayahanda beliau.

Ketika Syaikh Muhammad al-Syinwani wafat, para ulama sepakat untuk mengangkat beliau menjadi Syaikh al-Azhar. Beliau diangkat bukan karena wibawa ayahnya yang alim lagi kesohor, tapi karena memang beliau layak untuk memimpin al-Azhar.

Aktifitas beliau setiap hari adalah mengajar di masjid al-Azhar dari pagi sampai malam. Sebab itulah beliau tidak sempat menulis buku kecuali satu judul saja, yaitu “Musthalah al-hadits”.

Beliau memimpin al-Azhar selama dua belas tahun dan wafat pada tahun 1245 H/ 1829M.

15. Syaikh Ahmad al-Damhuji (1170 H-1246 H / 1765 M-1830 M)
 

Beliau adalah al-Imam Syaikh Ahmad Zain Ali bin ahmad al-Damhuji. Lahir di Kairo pada tahun 1170 H/ 1765 M. Meskipun beliau lahir di Kairo tetapi keluarga besar beliau tinggal di kampung Damhuj Propinsi Manufiyah. Karena itulah nama beliau dinisbatkan kepada kampung tersebut.

Di al-Azhar beliau menimba ilmu kepada para ulama terkemuka, utamanya kepada syaikh-syaikh al-Azhar pendahulunya. Rumah beliau berada di belakang masjid al-Azhar, tepatnya di belakang ruwaq Sha’ayidah. Beliau memiliki suara yang bagus, berpenampilan rapi dan berwibawa.

Setelah Syaikh Muhammad Syamsuddin al-‘Arusi wafat, tahun 1245 H/1829 M Syaikh Ahmad al-Damhuji diangkat menjadi Syaikh al-Azhar dalam umur 70 tahun. Sepanjang sejarah al-Azhar, penguasa Mesir selalu tunduk dan taat kepada Syaikh al-Azhar. Terdapat dokumen negara tentang pengangkatan Syaikh Ahmad al-Dahmuji. Isinya adalah:
1. Bahwasanya wali/penguasa Mesir ingin mendapat keridhaan dari para ulama al-Azhar. Wali mesir mengatakan bahwa tujuan utama pemerintah Mesir adalah mendapat tempat di hati para fuqaha masjid al-Azhar.
2. Wali Mesir mendukung para ulama senior dalam pemilihan Syaikh al-Azhar.
3. Wali Mesir akan memudahkan dan membantu semua kebijakan Syaikh al-Azhar, dan Syaikh Ahmad al-Damhuji adalah ulama senior yang pantas untuk mempimpin al-Azhar.

Syaikh Ahmad al-Damhuji istiqamah mengajar di masjid al-Azhar, mulai dari Shubuh sampai petang. Adapun malamnya beliau gunakan untuk berdzikir dan shalat tahajjud. Beliau memimpin al-Azhar dalam waktu yang sangat sebentar, yaitu selama enam bulan. Beliau wafat pada malam Iedul Adha setelah melaksanakan wukuf di Arafah pada tahun 1246 H/1830 M.






Share this article :
 
Copyright © 2013. KMM MESIR | Official Website - All Rights Reserved
Adress: Block 502 Complex Emarat 1st Settlement New Cairo Egypt Telp: (+202)22478245
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Modified by @salmanpiar