Penting! Pesan Kakanda Alnofiandri Dinar untuk KMM - KMM MESIR | Official Website
Headlines News :
Home » » Penting! Pesan Kakanda Alnofiandri Dinar untuk KMM

Penting! Pesan Kakanda Alnofiandri Dinar untuk KMM

Written By Unknown on Rabu, 01 Mei 2013 | 22.18



Bismillah 

Melalui forum ini izinkan saya sharing pengalaman dengan kawan-kawan saya yang sekarang menjadi bagian dari masyarakat KMM Mesir, tentang bagaimana alumni Mesir menghadapi realita kehidupan di Indonesia ketika sudah pulang dari Mesir nanti. 

Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian kita ketika sampai di Indonesia mengalami shock culture, ada semacam kebingungan untuk berinteraksi dengan realita kehidupan di Indonesia. Tidak tahu mau memulai dari mana? Gugup untuk melakukan apa yang bisa dilakukan?! Setidak-tidaknya ini disebabkan oleh cara pandang masyarakat kita terhadap kita, situasi perekonomian Indonesia, dan beban gengsi sebagai "sarjana luar negeri". Saya tidak akan berpanjang-panjang. Saya langsung saja memaparkan saran saya kepada kawan-kawan yang akan pulang ke Indonesia.

Perlu saya tekankan bahwa apapun yang saya tulis disini adalah pengalaman dan pandangan pribadi saya. Bisa saja tidak sama dengan pengalaman dan pandangan kawan-kawan lain yang sudah menyelami langsung realita di Indonesia.
Agar siap terjun menyelami realita masyarakat Indonesia dan diterima masyarakat, selain mengantongi selembar ijazah, kawan-kawan mesti memiliki salah satu live skill. Kata orang arab: قيمة المرء فيما يحسنه (nilai seseorang ditentukan oleh kualitasnya)
Diantara live skill yang mesti disiapkan sebelum pulang adalah:

 1.Pandai berceramah/berkhutbah

Saya punya asumsi bahwa kawan-kawan memandang; ilmu itu adalah apa yang kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari kita, tidak mesti disampaikan di hadapan publik dalam bentuk ceramah, dll.. Tapi Perlu disadari bahwa masyarakat kita mengakui keberadaan kita (tepatnya mengakui keberadaan kita selaku sarjana agama tamatan dari luar negeri) dari kemampuan kita berceramah dan berkhutbah (Jum`at ataupun `idain).
Masyarakat umumnya hormat jikalau tahu kita adalah sarjana agama tamatan luar negeri. Tapi mereka mengakui kealiman kita kalau kita sudah tampil berceramah di masjid, mushalla, atau dimana saja. Bukan sekedar image. Kalau kita tidak bisa ceramah atau tidak pernah tampil berceramah, mereka menganggap kita biasa-biasa saja atau bahkan mempertanyakan kita; apa iya si Anu itu tamatan Mesir? Belajar apa Dia disana? Ngapain Dia kesana?

Meskipun ini hanyalah pandangan masyarakat, saya pikir ini perlu kita renungkan dan menjadi masukan penting bagi kita. Setuju atau tidak, sebagai seorang yang memikul amanah ilmu dan da`i, kita perlu menghadapi masyarakat dengan cara pandang masyarakat, bukan dengan memaksakan idealisme kita. Karena kata Nabi: خاطبوا الناس بقدر عقولهم (berkomunikasilah kalian dengan manusia sesuai dengan kemampuan akal mereka). Saya pikir, dengan berceramah yang baik berarti kita sudah mentransformasikan ilmu kepada mereka.

Untuk berceramah yang baik, saat ini kita tidak perlu lagi terbebani bagaimana caranya membuat guyonan (apapun yang membawa jamaah tertawa saat mendengar pengajian), karena masyarakat kita sudah mulai cerdas. Mereka lebih cendrung memandang keilmuan yang disampaikan. Meskipun keterampilan melawak itu perlu diselipkan dalam menyampaikan materi, agar penyajian tidak terkesan monoton (membosankan). Pandai-pandai kita meraciknya saja. Kata Mahmud Yunus -yang sering dipopulerkan oleh kawan-kawan dari Gontor-: الطريقة اهم من المادة (cara menyampaikan materi lebih penting daripada materi yang disampaikan).

Anyway, kemampuan berceramah itu adalah skill, yang akan semakin tajam apabila sering diasah. Bukan kehebatan teori. Sebaiknya rajin-rajinlah berlatih berbicara di hadapan publik dari sekarang. Karena ketika sudah berada di Indonesia tidak jarang kita ditodong jamaah untuk langsung naik mimbar, tanpa pemberitahuan sebelumnya. Saya pribadi sudah berkali-kali mengalaminya. Mau tidak mau, kita harus tampil. Dan jangan sekali-kali tampil buruk di hadapan masyarakat. Mereka tidak mau tahu, kita tampil dengan persiapan atau tanpa persiapan. Bagi mereka kita adalah sarjana agama tamatan luar negeri, ada nilai lebihnya dibanding ustadz-ustadz lain yang bukan berpendidikan luar negeri.

Selain pandai berceramah, masyarakat kita kadang juga menuntut kita untuk bisa menjadi Imam shalat berjamaah di masjid dan mushalla. Ketika menjadi imam shalat, di sebagian masjid kita dituntut untuk bisa memimpin wirid setelah shalat seperti yang sudah biasa mereka lakukan. Wirid-wirid mereka itu jikalau dikaji lebih jauh ternyta berasal dari al-Qur`an dan hadits juga. Hanya saja selama di Mesir, kita tidak terbiasa. Jadi terkesan langka. Terlepas Anda memandangnya itu amalan bid`ah atau bukan. Tapi yang jelas masyarakat tidak jarang mempermasalahkan, jikalau kita memimpin shalat tapi tidak memimpin wirid setelahnya.

Pada saat akan memasuki Ramadhan, lebaran, akan melakukan perjalanan haji, aqiqahan, atau momen-momen tertentu lainnya alumni Mesir kerap diminta untuk memimpin do`a bersama. Tentu saja sekalian diundang untuk makan. Sambil perbaikan gizi Pak Ustadz.
Memenuhi undangan ceramah/khutbah/menjadi imam shalat/memimpin do`a, selain sebagai sarana untuk transformasi ilmu dan dakwah, tidak bisa dipungkiri sebagai salah sarana penyegaran perekonomian Ustadz. Saya tidak bermaksud menyeret Anda untuk berpikir mengamalkan ilmu dengan iming-iming Rupiah. Tapi silahkan hadapi realita hidup di Indonesia dan sebelum pulang sebaiknya telaah kembali ijtihad para ulama tentang "menerima ujrah karena mengajarkan ilmu, menjadi khatib, menjadi imam, menjadi muazin, dll"

2. Pandai berbahasa Arab dan mengajarkan bahasa arab

Ketika sampai di Indonesia, tidak jarang Anda berpikir keras untuk memiliki uang saku. Karena malu rasanya meminta ke orangtua, masa sudah sarjana di luar negeri, masih menengadahkan tangan? Ketika sudah berpikir untuk menikah, timbul pikiran: dengan apa istri diberi nafkah? Di Indonesia uang itu sering terasa kecil harga. Punya uang seratus ribu sekarang tidak bisa diganti dengan banyak barang atau jasa lagi!

Di saat itu Anda barangkali berpikir mencari pekerjaan. Dan pekerjaan paling populer dilirik adalah berkontribusi ilmu di lembaga-lembaga pendidikan, seperti: pesantren//MAN/MAK/ boarding school/SDIT/SMPIT/SMUIT,dll., sebagai pengasuh di asrama ataupun menjadi guru mata pelajaran.

Sebagai informasi, saat ini di Indonesia sedang trend sistim full day atau terpadu sejak jenjang SD-SMU. Sekolah-sekolah itu umumnya menambahkan pelajaran bahasa Arab sebagai salah satu mata pelajaran. Sekolah-sekolah negeri mulai dari SD-SMA juga sudah mulai menjadikan bahasa Arab sebagai muatan lokal. Mereka butuh guru-guru bahasa Arab. Apalagi guru-guru yang memang belajar bahasa Arab di negeri Arab. Kalau Anda diminta mengajar atau melamar pekerjaan di sekolah-sekolah itu, Anda kerap diminta menjadi guru bahasa Arab, apapun spesifikasi keilmuan Anda di Mesir. Bahkan untuk di perguruan tinggi, Anda kadang diminta memberikan tambahan pelajaran bahasa arab untuk mahasiswa/i.

Jangan kaget jikalau kadang-kadang Anda diminta mentranslete sebuah surat lembaga/pernyataan/makalah/abstrak sebuah makalah, dll. ke dalam bahasa Arab. Apalagi jikalau Anda berdomisili di lingkungan kampus atau asrama sebuah pesantren. Ternyata kita sering kewalahan! Jikalau menterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia, Saya yakin banyak yang mampu.

Juga jangan kaget kalau tiba-tiba Anda diminta menjadi bintang tamu dan diminta menterjemah sebuah cuplikan video di sebuah stasiun TV. Apalagi saat ini krisis politik di Mesir kerap memanas dan pertempuran Gaza-Israel sering menghangat. Mereka akan mencari tamatan Mesir. Saya pernah menonton acara TV One yang mengundang seorang tamatan Mesir dan di saat bincang-bincang itu Ia dimintan oleh host nya untuk menterjemahkan berita yang dicuplikkan serta menjelaskannya setelah selesai dicuplikkan. Terjemahannya ternyata sangat menyedihkan! Bayangkan, itu ditonton oleh banyak masyarakat Indonesia.

Meskipun tidak pernah les bahasa Arab atau mengambil spesifikasi Bahasa Arab selama di Mesir, berupayalah untuk membiasakan diri berbicara dengan bahasa Arab dalam interaksi sehari-hari. Itu tidak membutuhkan energi banyak kok. Hanya butuh kemauan dan keberanian untuk cuap-cuap pakai bahasa Arab dengan orang Mesir. Atau kuasailah kemampuan dasar bahasa Arab, agar tidak gugup ketika mengajar nanti. Sempatkan lupa untuk juga berlatih menterjemah dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab.

Sekolah-sekolah di Indonesia saat ini sudah banyak yang memakai kitab العربية بين يديك beralih dari kitab اللغة العربية للناشئين dan kitab-kitab lainnya. Sebelum pulang jangan lupa lihat-lihat isi kitab itu atau bawa soft filenya. Sekalian saja bawa buku dan CDnya. Insya Allah akan sangat berguna saat di Indonesia nanti.

Meskipun sharing ini terkesan sebagai modal untuk bekerja, tapi perlu diingat bahwa menguasai bahasa Arab dan mengajarkannya adalah bagian dari agama kita. Ia tidak hanya sekedar trend atau alat komunikasi, tapi alat untuk memahami dan mengamalkan agama kita dengan benar.

بقدر ما تتعنى تنال ما تتمنى

بقدر الكد تنال المعالى

3. Hafal Al Qur`an

Selain berceramah dan mengajar bahasa Arab, keistimewaan yang semestinya dimiliki oleh seorang sarjana tamatan Mesir adalah hafal Al-Qur`an. Karena sebagian masyarakat kita memandang bahwa tamatan Timur Tengah pasti hafal al Qur`an?! dan kehadiran para hafiz banyak dibutuhkan di tanah air.

Perlu diketahui bahwa di Indonesia saat ini marak diadakan ma`had tahfiz Al-Qur`an, apapun kecendrungan dakwah dan afiliasi mereka. Di sekolah-sekolah terpadu dan beberapa pesantren, tahfiz al-Qur`an menjadi salah satu mata pelajaran. Manajemen sekolah banyak yang mengharapkan gurunya adalah seorang yang hafiz al-Qur`an, apalagi tamatan Timur Tengah. Jadi, selain ditempatkan selaku guru bahasa Arab, alumni Timur Tengah kerap ditempatkan sebagai guru tahfiz al-Quran. Betapa indahnya dan betapa bangganya kita jikalau ggenerasi masa depan banyak yang hafal al-Qur`an. Apalagi jikalau muhaffizhnya adalah Anda yang saya kenal!

Di beberapa masjid besar di perkotaan, sudah mulai dilirik para imam yang hafiz al-Qur`an, plus suaranya merdu. Sebagian masjid sudah ada yang membuat tradisi mengkhatamkan Al Qur`an selama Qiyam Ramadhan atau setengahnya. Mereka mengadakan i`tikaf dan imamnya membaca Al-Qur`an dengan tartil serta berupaya mengkhatamkan Al-Qur`an. Bagi kawan-kawan aktifis, saat ini sudah trend qiyamul lail pada acara mukhayyam mereka diimami oleh seorang yang hafiz.

Bagi kawan-kawan yang merasa kurang berbakat untuk berceramah atau mengajar bahasa Arab, dari sekarang cobalah memanfaatkan waktu untuk menghafal Al-Qur`an. semoga Allah merahmati Anda dan memberikan kebahagian untuk Anda di dunia dan akhirat. Jikalau tidak bisa hafiz 5 juz, usahakanlah jadi hafiz 10 juz, jikalau tidak juga bisa, usahakan jadi hafiz 15 juz, setidak-tidaknya bisa hafiz 30 juz.

Dari analisa sederhana saya, mereka yang bisa salah satu skill; berceramah/khutbah, mengajar bahasa Arab, hafiz Al-Qur`an akan bisa hidup di masyarakat secara ruhi dan maddi. Mereka tidak canggung dan bingung dalam mengikuti realita masyarakat. Saya teringat kata orang bijak: لا غربة للفاضل ولا وطن للجاهل (Tidak akan pernah merasa asing (dimanapun berada) seorang yang berilmu (berkualitas) dan tidak satupun tempat yang membuat betah seorang yang bodoh). Seorang yang berilmu ibarat ubi, yang akan tumbuh dimanapun tanah dihinggapinya.

4. Pandai bermasyarakat

Salah satu skill yang dibutuhkan oleh alumni Mesir –selain kualitas diri- adalah seni bergaul dan keterampilan membangun relasi dengan orang lain; diantaranya dengan alumni Mesir yang sudah terlebih dulu pulang ke tanah air, pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat, dan masyarakat secara umum. Perlu digaris bawahi, saya tidak menuntun Anda untuk menjilat kepada pemerintah.

Dulu ketika di Kairo saya sempat punya pikiran; saya ini sarjana agama dari Al-Azhar, ketika saya pulang, pekerjaan akan mencari saya, bukan saya yang mencarinya. Saya leluasa memilih pekerjaan yang saya pandang cocok dengan saya. Saya akan melakukan perubahan ini dan itu. Saya akan memperbaiki ini dan itu. Saya akan cepat dikenal orang banyak dan menjadi tokoh berpengaruh. Idealis sekali!

Tapi ketika pulang ke Indonesia tidak sepenuhnya begitu. Di awal kedatangan kadang terasa seakan kita tidak dipandang orang. Biasa saja. Terlebih tamatan Timur Tengah sudah mulai banyak di tanah air. Bahkan di sebagian tempat ada yang sentimen mendengar "Lc". Saya kira saya sendiri yang merasakannya, ternyata seperti itu juga yang dialami oleh sebagian kawan-kawan lainnya. Terkadang juga timbul pikiran, kok rasanya agak sulit menemukan tempat bekerja yang langsung siap menerima kita?! Apalagi jikalau kenalan/relasi kurang. Terlebih jika berada di daerah baru.

Di Indonesia saya akhirnya mulai berpandangan bahwa bagaimanapun hebat Anda di Kairo, ketika pulang ke Indonesia, Anda belum tentu langsung hebat di Indonesia, mesti memulai dari awal. Seperti menaiki tangga; mesti menapaki anak tangga satu persatu. Jarang-jarang yang bisa langsung eksis bekerja atau langsung mendapat tempat di hati jamaah. Apalagi langsung sukses. Dan saya amati pola hidup masyarakat secara umum; rata-rata mereka yang sudah mapan secara karir dan ekonomi juga berpahit-pahit dulu di awalnya. Tertatih-tatih menapaki jenjang karir dan ekonomi, sampai akhirnya meraih yang dikatakan kemapanan.

Ketika menghadapi realita Indonesia nanti, saya himbau agar jangan tergesa-gesa untuk mendapat popularitas, nama besar, prestise, gaji besar, posisi yang empuk, dll.. Khawatirnya yang terjadi justru seperti kaidah fiqh: من استعجل شيئا قبل اوانه عوقب بحرمانه (orang-orang yang tergesa-gesa untuk mendapatkan sesuatu sebelum waktunya, justru terhalang untuk medapatkannya).

Diakui atau tidak, sebagian kawan-kawan kita mulai menelusuri pengalaman untuk berdakwah dengan cara menggantikan jadwal para senior kita yang sudah ada jadwal tetap di suatu masjid/tempat atau menggantikan mereka memenuhi undangan ceramah pada momen-momen tertentu. Seiring dengan berjalan waktu, mereka kemudian secara pribadi diminta mengisi jadwal oleh penanggungjawab pengajian.

Untuk meniti usaha di bidang bisnis, Anda juga butuh relasi agar bisnis Anda mengalami kemajuan, terutama ketika mencari induk semang dan mencari pasarnya. Untuk membangun usaha di bidang travel juga begitu. Butuh jemput bola. Butuh mendekati jamaah. Tidak bisa hanya menunggu oporan bola dengan mengandalkan label saya ini "sarjana agama tamatan Mesir".

Makanya, ketika baru pulang dari Kairo, luangkanlah waktu Anda untuk bersilaturrahim kepada alumni Mesir yang sudah duluan menapaki dunia pengabdian. Datangi mereka, dimanapun mereka berada dan bisa ditemui. Apalagi sudah kenal dengan para alumni itu. Dari Mereka Anda bisa meraup pengalaman dan memiliki gambaran tentang realita masyarakat yang akan dihadapi. Ada pencerahan tentang peluang dan tantangan. Barangkali mereka menyodorkan lowongan kerja dan proyek tertentu. Dan Sebelum pulang usahakanlah melebihkan oleh-oleh untuk alumni dan tokoh masyarakat, sebagai wasilah untuk memulai silaturrahim dan mendapat tempat di hati mereka.

Selain kepada para senior, datangi kawan-kawan yang sama-sama dari Mesir. Terus bangun komunikasi dan bertukar informasi sesama alumni. Sekaligus bertukar pengalaman. Jangan putus komunikasi dan jangan gengsi. Barangkali mereka adalah orang yang paling bermanfaat membantu kita dalam merintis jalan dakwah, mendapatkan pekerjaan, mengembangkan potensi diri, dll.

Perlu juga diketahui bahwa kadang-kadang senior kita atau kawan-kawan kita, sangat sulit untuk ditemui. Karena mereka sibuk dengan pekerjaan mereka. Sibuk memikirkan income untuk menafkahi keluarga mereka, dll.. Belum lagi jarak yang memisahkan. Tidak sama dengan di Mesir. Meskipun terbentang jarak antara Kairo-Tafahna/Zaqaziq, masih terasa dekat diabanding jarak Solok-Bukittinggi. Mereka dipaksa oleh realita. Dari sini saya memaklumi bahwa wajar saja organisasi ikatan alumni sulit digerakkan.

Saya sarankan, agar sejak dari Kairo berpandai-pandailah bergaul dengan semua orang. Belajar untuk membuka diri dengan kawan yang bukan satu almamater, beda daerah, lain kecendrungan pemahaman. Karena boleh jadi Anda ditaqdirkan melanjutkan S2 di UNS Solo, di UIN Jogja, UIN Syarif Hidayatullah, IIQ, PTIQ Jakarta, UIN Malang, UIN Sunan Ampel, UIN Sunan Gunungjati, UIN Suska Pekanbaru, dll.. Jangan terjebak untuk bergaul hanya dengan kawan satu manhaj, kawan satu almamater, kawan satu rumah, kawan satu afiliasi, dll. Buang sekat-sekat yang ada di dalam diri. Karena di Indonesia akan sangat terasa gunanya banyak kawan. Kawan yang banyak masih terasa sedikit. Akan sangat terasa betapa ruginya dulu di Kairo tidak bergaul dengan banyak orang.

Saya pikir, mereka yang mendambakan membangun peradaban, mereka yang menyatakan diri selaku da`i, mereka yang ingin melakukan perubahan, tidak akan sanggup untuk sendirian menempuh lika-liku dakwah, membangun peradaban, dan melaklukan perubahan. Butuh jamaah/jaringan. Tidak mungkin one men show dan sudah tidak zamannya lagi perjuangan seperti itu.

Di akhir, sebelum mengakhiri, saya informasikan -dari pengamatan sekilas saya pribadi- wadah alumni Timur tengah di Sumbar terpokus di:
1. Perguruan Islam Ar Risalah
2. Almamater masing-masing dan
3. Pesantren selain Ar Risalah dan almamater masing-masing.
4. Bekerja di Travel yang menyelenggarakan perjalanan haji dan umrah
5. Ma`had Zubair bin al `Awwam
6. Melanjutkan studi S2 di IAIN Padang

Di Pekanbaru terpokus di:
1. Ma`had al-Jami`iyah (asrama mahasiswa UIN Suska). Para Pembina asrama dan pengisi materi yang dikurikulumkan umumnya para alumni Timur Tengah.
2. Markaz Al-Lughah (Pusat Bahasa/PB) UIN Suska. Instrukturnya umumnya alumni Timur Tengah.
3. Pesantren Umar bin Khattab. Mereka bahkan merelay kajian-kajian mereka melalui radio dan TV milik mereka. Wadah ini bisa dikatakan sebagai representasi kawan-kawan Salafi.
5. Majlis Tafaqquh, yang dianggap mengadopsi karakter moderat Al Azhar.
6. Membuat atau bekerja di Travel yang menyelenggarakan perjalanan haji dan umrah.
7. Al-Ihsan Boarding School, corak pembinaannya mirip dengan Perguruan Islam Ar Risalah.
8. Almamater masing-masing
9. Pesantren selain Al Ihsan Boarding School dan almamater masing-masing.
10. Melanjutkan studi S2 di UIN Suska Pekanbaru.

Barangkali ini sedikit rangkaian sharing dari saya pribadi yang bisa saya paparkan pada kesempatan ini. Mudah-mudahan bisa saya sambung di kesempatan yang lain. Saya mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaklayakan apapun yang saya tulis. Semoga sharing seperti ini diperkaya oleh kawan-kawan yang lain. Terima kasih sudah bersedia membaca.

Masyarakat KMM Mesir yang ingin bertukar pikiran dengan saya, bisa menghubungi saya di:
HP: +62 853 5550 4463
Pin BB: 27B3F5F4
YM: alnof_84

Wassalam.

Share this article :
 
Copyright © 2013. KMM MESIR | Official Website - All Rights Reserved
Adress: Block 502 Complex Emarat 1st Settlement New Cairo Egypt Telp: (+202)22478245
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Modified by @salmanpiar