Dilema Pendirian RS. Siloam di Padang - KMM MESIR | Official Website
Headlines News :
Home » » Dilema Pendirian RS. Siloam di Padang

Dilema Pendirian RS. Siloam di Padang

Written By Unknown on Jumat, 07 Juni 2013 | 05.39

Ketika di Sumbar mencuat isu RS Siloam atau Lippo Group, saya mulai mencari-cari tahu ada apa di balik investasi ini? Dan harus saya akui bahwa saya tidak tahu realita di lapangan dan saya hanya mengkonsumsi informasi yang beredar. Tapi, barangkali tidak ada salahnya saya mencoba mengemukakan pemikiran sederhana saya.

Saya mengamati adanya kekhawatiran beberapa tokoh Sumbar atau orang tua-tua kita bahwa keberadaan RS Siloam ini akan menimbulkan petaka baru bagi generasi Minangkabau mendatang. Mereka menyebutnya petaka  akidah atau pendangkalan akidah atau pemurtadan, dan berbagai nama lainnya. Kekhawatiran mereka ini adalah sebuah kewajaran, mereka belajar dari pengalaman; adanya beberapa kejadian kerohanian di RS yang dimiliki oleh pemilik modal beragama Kristen.

Di satu sisi, Pemda Sumbar dan Pemkot Padang barangkali berpikir bahwa kristenisasi atau kegiatan yang mengarah kesana bukan menjadi tujuan RS dan tidak perlu dikhawatirkan, karena kegiatan dan operasional mereka bisa diawasi oleh pemerintah. Bahkan kabarnya Fauzi Bahar sempat mengeluarkan pernyataan siap pasang badan, jikalau hal-hal yang dikhawatirkan itu terjadi di suatu saat nanti. Pertimbangan lain pendirian RS Siloam adalah: keberadaan RS ini menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat Sumbar dari segi bertambahnya jumlah RS dan terserapnya banyak tenaga kerja baru, yang akan mengurangi angka pengangguran di Sumbar.

Mempertimbangkan logika-logika di atas, saya mencoba mengajukan sebuah logika universal. Dalam pandangan sederhana saya –mengutip pernyataan orang-orang sholih-:
غناك عن الشيئ خير من غناك بالشيئ
Maksudnya: "tidak punya sesuatu itu lebih baik daripada memilikinya". Analoginya: tidak punya RS Siloam barangkali lebih baik daripada memiliki RS Siloam

Saya berpikir seperti ini karena dari awal berdirinya sudah muncul pro dan kontra di masyarakat dengan berbagai alasan masing-masing. Alasan pihak yang kontra adalah: kekhawatiran terjadinya kristenisasi di Sumbar melalui Lippo Group (RS Siloam). Jikalau kita sudah khawatir dengan keimanan, keilmuan terhadap islam dan akhlaq anak kita di zaman sekarang, barangkali kita mesti lebih khawatir akan generasi kita di masa 5, 10, 15 tahun akan datang. Dari sisi ekonomi, jikalau kita melihat realita masyarakat Sumbar yang bermental panggaleh/perantau, saya rasa permasalahan ekonomi (terkhusus pengangguran) bisa dicarikan solusi lain selain membuka lapangan kerja melalui Lippo Group yang akan muncul di Sumbar.

Betul bahwa upaya kristenisasi belum bisa dipastikan, tapi kegiatan itu bisa terjadi. Dan tidak ada yang bisa menjamin untuk tidak ada upaya kristenisasi atau tidak ada proses kristenisasi sama sekali. Namun sikap waspada sebaiknya dilakukan. Karena Nagari Bundo sejak dulu sudah menjadi incaran untuk program kristenisasi. Jikalau suatu hari nanti kristenisasi betul-betul terjadi; barangkali mengawasi dan membatasi pergerakan mereka lebih sulit dibanding dipangkas dari awal, sehingga permasalahan sepertt itu tidak perlu dikhawatirkan lagi.

Dan kita perlu menyadari bahwa orang-orang yang sekarang memberi izin atau mengawasi operasional mereka pada beberapa waktu mendatang tidak lagi memangku posisi yang sama. Otomatis mereka tidak bisa mengendalikan dan mengawasi lagi dengan intens. Pejabat selanjutnya boleh jadi akan dengan mudah menjawab keresahan masyarakat setelah terlihatnya apa yang sekarang ditakutkan: "Pendirian RS itu dulu diberi izinnya di masa Bapak Anu menjabat, jangan salahkan saya kalau saya kurang perhatian terhadap masalah ini atau lambat menyelesaikannya", di saat bersamaan korban sudah banyak berjatuhan. Lalu, kepada siapa kita akan mengadu?  

Maka saya menyimpulkan: memangkas segala sesuatu yang berpotensi untuk merusak generasi datang sebaiknya dilakukan sejak sekarang. Saya rasa ini lebih maslahat bagi masyarakat Sumbar dibanding teratasinya permasalahan ekonomi seperti yang kerap diberitakan. Kaidah fiqh memberi landasan kepada kita:
تصرف الامام على الرعية منوط بالمصلحة
"Kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya mesti didasarkan kepada maslahat".

Maka tugas seorang pemegang kebijakan di Pemda Sumbar dan Pemkot Padang untuk membuat kebijakan terkait RS Siloam ini melihat maslahat masyarakat Sumbar. Ketika maslahat sudah nampak, maka seorang pemimpin mesti bijak untuk melihat kaidah yang bermaksud sebagai berikut:
اذا تعارضتا المصلحتان روعى اعظمهما مصلحة
"Ketika di waktu bersamaan ada dua maslahat yang saling bertentangan, maka harus diperhatikan maslahat yang lebih besar".
Jikalau dalam satu waktu yang sama harus melakukan dua perbuatan; perbuatan A dapat untung 10 dan perbuatan B dapat untung 100, seorang berakal akan ambil untung yang 100 dan mengorbankan untung yang hanya 10.

Pada kaidah lain, dinyatakan:
اذا تعارضتا المفسدتان روعى اخفهما ضررا

"Ketika di waktu bersamaan ada dua kerugian yang saling bertentangan, maka harus diperhatikan kerugian yang lebih kecil".
Jikalau dalam satu waktu yang sama harus melakukan dua perbuatan; perbuatan A rugi 10 dan perbuatan B rugi 100, seorang berakal akan ambil resiko kerugian yang hanya 10 dan menjauhi kerugian yang 100.


Dalam kasus RS Siloam, kita lihat mana maslahat yang lebih besar dan mana ruginya yang lebih besar: berdirinya RS Siloam atau tidak jadi berdiri RS Siloam?!

Wallahu A`lam.

Alnofriandi Dinar, Lc
Ketua Kmm Mesir 2011-2012
Share this article :
 
Copyright © 2013. KMM MESIR | Official Website - All Rights Reserved
Adress: Block 502 Complex Emarat 1st Settlement New Cairo Egypt Telp: (+202)22478245
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Modified by @salmanpiar