CyberKMM-Pro Kontra pembangunan Rumah Sakit (RS) Siloam terus berlanjut. Lebih dari 20 ormas Islam telah menyatukan barisan untuk menolak pemurtadan berkedok investasi tersebut.
Sebagaimana diketahui, Pemkot Padang akan memberikan lahan seluas 1,5 hektar di daerah Jalan Khatib Sulaiman kepada Lippo Grup untuk menanamkan investasi senilai 1,3 triliun rupiah. Rencananya, pada area tersebut akan dibangun
RS. Siloam, sekolah dan pusat perbelanjaan bertaraf internasional.
Menanggapi hal ini, Ketua Bidang Fatwa MUI Sumatera Barat
Gusrizal Gazahar menuturkan “Ingatlah ! Aqidah generasi yang akan datang jauh
lebih berharga dibandingkan investasi ini.” Ia mempertanyakan apa gunanya
investasi hingga sampai teriliunan rupiah kalau aqidah umat diantarkan ke tepi
jurang.
Ia juga menambahkan, "Kami berharap mahasiswa Minangkabau di manapun berada agar bersatu menolak ini dan berusaha sekuat tenaga untuk menghentikannya kalau tidak mau menyesal di kemudian hari."
Ia juga menambahkan, "Kami berharap mahasiswa Minangkabau di manapun berada agar bersatu menolak ini dan berusaha sekuat tenaga untuk menghentikannya kalau tidak mau menyesal di kemudian hari."
Sementara itu, Ketua Paga Nagari Ibnu Aqil D Ghani
mengatakan bahwa alasan penolakan Mega Investasi tersebut karena proyek itu
dilatarbelakangi oleh James T Riady. James merupakan tokoh misionaris internasional.
Sebagaimana yang dilansir oleh Majalah Hidayatullah edisi Agustus 2004, James pernah dikabarkan bekerjasama dengan Pat
Robertson untuk membuat mega proyek TV misionaris terbesar di Asia.
Ibnu Aqil juga menegaskan, “Bagi yang tidak mendukung, dianggap memberi kemudahan untuk masuknya misionaris ke Sumbar.”
Ibnu Aqil juga menegaskan, “Bagi yang tidak mendukung, dianggap memberi kemudahan untuk masuknya misionaris ke Sumbar.”
Ketua Majelis Tinggi MTKAAM Sumbar Irfianda Abidin menuturkan pembangunan rumah sakit Siloam oleh Lippo
Group juga mendapat penolakan dari masyarakat di Palembang. Penyebabnya, karena
membawa misionaris. Irfianda pun berharap agar berbagai pihak jangan hanya
melihat nilai investasinya saja.
Selain itu ia juga menyayangkan rencana pembangunan mega proyek ini karena
pemerintah daerah tidak meminta pendapat atau masukan dari niniak mamak
Minangkabau. Padahal menurut kebiasaan, hal ini selalu dilakukan.
Sebagaimana yang dilansir harianhaluan.com,
Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol (IAIN IB) Padang,
Arif Afendi turut menyesalkan pemberian izin pembangunan RS Siloam.
Penyesalan itu semakin bertambah menyusul tidak responnya Pemko Padang dengan
berbagai masukan masyarakat yang meminta rencana investasi RS Siloam milik
Lippo Group tersebut dibatalkan.
“Setelah paham dengan latar belakang dan misi yang ada di
balik investasi RS. Siloam tersebut, maka kami menolak pembangunan RS. Siloam,”
kata Arif.
Sementara itu, ketua Kesepakatan Mahasiswa Minangkabau (KMM)
Mesir, Muhammad Syukron mengaku belum
bisa memberikan komentar dan pernyataan resmi mengenai hal ini. Ia mengatakan
bahwa permasalahan tersebut harus dikaji terlebih dahulu. Meski demikian, ia
juga sepakat bahwa Urang Awak tidak
boleh membukakan pintu rumah untuk menyambut kedatangan misonaris. (AA)