CyberKMM-Senin (5/8) rombongan KBRI Kairo mengunjungi rumah warga Minang
di Mesir, Rumah Gadang yang terletak di
kawasan Tagammoa el-Awwal. Hadir
dalam rombongan tersebut atase
pendidikan bapak Fahmy Lukman, atase
pertahanan bapak Kolonel Ipung Purwadi,
atase perdagangan ibu Fetnayeti Winarko, Sekretaris III KBRI Kairo bapak Puji
Basuki dan beberapa rombongan lainnya.
Dalam kesempatan tersebut, bapak Kolonel Ipung Purwadi
mengingatkan seluruh WNI agar selalu netral dalam melihat konflik politik di
Mesir. “Konflik saat ini merupakan
sebuah proses politik, kita harus melihat dengan sikap yang netral,” tutur bapak
Ipung. Ia melanjutkan, “Kalau kita ikut-ikut pada salah satu kelompok, maka
ketika ketika kita mendukung kelompok kanan kita tidak disukai oleh kelompok
kiri dan jika kita mendukung kelompok kiri kita tidak disukai oleh kelompok
kanan.” Ia menjelaskan bahwa agar aman hidup di negara orang, warga negara
asing harus disukai oleh semua penduduk negara tersebut. “Jadi dengan sikap
netral, kita berharap tidak mempunyai musuh,” tandasnya.
Sementara itu, ibu Fetnayeti Winarko, atase perdagangan KBRI
Kairo menjelaskan konflik yang terjadi di Mesir dari perspektif ekonomi. Ia menuturkan
bahwa konflik politik di Mesir berdampak negatif kepada kondisi perekonomian
nasional meskipun ada bantuan-bantuan dari negara lain. “Dari indikator ekonomi
yang ada, setidaknya Mesir butuh 2 sampai 3 tahun untuk membangun ekonominya
kembali,” tutur perempuan berdarah Minang tersebut.
Setelah itu, bapak Fahmy Lukman, atase pendidikan KBRI Kairo
juga ikut mengomentaari konflik yang terjadi di Mesir dalam kaitannya dengan Masisir.
Pria berdarah Pariaman tersebut menjelaskan bahwa apapun yang dilontarkan di
ruang publik akan dibaca oleh semua kalangan. “Apapun yang disampaikan di ruang
publik maka akan dibaca oleh semua pihak. ” Ia menuturkan bahwa apapun yang
disampaikan di ruang publik hendaknya jangan sampai merusak hubungan antara Indonesia dan
Mesir yang selama ini terjalin dengan baik.
Ia juga menekankan bahwa sebagai kalangan intelektual,
mahasiswa tidak boleh menghujat siapapun dengan argumentasi yang tidak masuk
akal apalagi seoarang ulama. “Yang tidak saya sependapat, bukan kurang, adalah ketika sebagian
kawan-kawan yang menghujat Grand Syekh Azhar Ahmad Thayib dengan argumentasi
yang tidak rasional dan intelektual,” pungkasnya.
Meski yang dibahas pada kesempatan tersebut masalah konflik
Mesir, namun acara tetap berlansung lancar dan santai. Semua yang hadir sore itu dihidangkan Sate
Padang sebagai menu buka puasa. (AA)